Roda Kehidupan dengan Zakat Anda

Pada bulan ramadlan yang penung anugerah dan kemuliaan dari Allah SWT. kaum muslimin berbondong-bondong melakukan aktivitas ibadahnya seperti puasa, shalat tarawih, berbuka bersama, bershadaqah dll. Pada 10 hari Awal ramadlan yang disebar kerahmatan-Nya, menjadi membludak tempat-tempat masjid terisi dengan luar biasa. Kemudian 10 hari yang ke-dua ramadlan aktivitas tersebut mulai merosot alias kendor, apalagi 10 hari yang terakhir ramadlan bisa kita lihat, siapakah yang istiqamah dalam mengisi aktivitas di masjid. Fenomena ini sering kita jumpai pada setiap tahunnya.

Terlepas dari fenomena itu, apa yang diperbuat sebagian kaum muslimin disekitar kita, saat Hari Raya Idul fitri kurang dari setengan bulan orang-orang pada sibuk memikirkan THR, baju baru, rumah mengkilat dll. Dari hal tersebut, pernahkah kita memikirkan zakat kita? Apakah yang dipilih oleh mereka, zakat fitra / zakat mall atau asesoris kebutuhan dhohiriyah kepribadian mereka dalam menjelang hari raya? Silahkan anda bertafakkur…..

Apakah pentingnya zakat bagi diri kita?

Allah SWT. berfirman: “Sungguh, telah beruntung orang-orang yang membersihkan jiwanya (zakkaahaa).” (QS. Al-Syams: 9). Zakat bermakna pembersihan/penyucian.
Zakat secara syar’i, didefinisikan sebagai hak yang wajib ditunaikan dari harta tertentu untuk diberikan kepada kelompok manusia tertentu pada waktu tertentu pula.

Pernahkah kita mendengar Kisah Nyata tentang Qarun? :

Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?(78). Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". (79) (QS. Al Qashash ayat 78-79).

Qarun adalah nama dari seorang kaum Nabi Musa AS. Ia dikaruniai Allah SWT rezeki dan kekayaan harta benda yang sangat besar dan tidak ternilai bilangannya. Ia hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-benda yang sangat berharga. Ia hidup secara mewah dan menonjol diantara kaum dan penduduk kotanya. Gedung-gedung tempat tinggalnya, pakaiannya sehari-hari, pelayan-pelayannya yang bilangannya melebihi keperluan. Pada suatu hari ia diminta untuk bersedekah dari sebagian harta yang dimilikinya. Dan perintah ini adalah perintah Allah SWT. yang disampaikan oleh Nabi Musa AS. namun ia menolak dan mencari cara bagaimana agar harta bendanya tidak diambil untuk bersedekah. Bahkan ia mencela dan mencoreng nama baik Nabi Musa AS dihadapan kaumnya. Maka Allah SWT menurunkan adzab kepadanya dengan menenggelamkan ke dalam perut bumi.

Dari kisah tersebut dapat kita bisa katakan, bahwa setiap manusia yang mempunyai kelebihan rizki senantiasa berkata harta itu adalah milikku, susah payah mencarinya dengan berbagai cara mendapatkannya. Dengan demikian harta tersebut wajar digunakan untuk kebutuhan si-pemilik harta. Siapa sih yang gak ingin jadi orang kaya? Segala kebutuhannya akan terpenuhi. Mau beli ini dan itu dapat tercapai. Namun perlu diingat bahwa “Harta adalah tiang kehidupan manusia yang disediakan Allah untuk hamba-Nya (tetapi janganlah harta menjerumuskan kelembah kecelakaan)”. (An Nisaa' : 4:5). “Harta itu hendaknya menjadi prasarana menuju kebaikan akhirat”. (Al Qashash : 18:77). Didalam kekayaan seseorang itu terkandung hak umat (Adz Dzaariyaat, 51:19)

Selanjutnya mungkin kita akan berpikir, apakah rizki ini dapat bermanfaat buat diri kita atau tidak? Mau pilih mana, apakah rizki ini diridloi oleh Allah atau tidak? Perlu diingat bahwa Islam mengakui bahwa masyarakat itu bertingkat-tingkat agar saling memanfaatkan (At Zukhruf, 43:32). Orang kaya harus sadar akan tanggung jawabnya terhadap Allah dan masyarakat. Harta itu tidak boleh berputar di antara orang-orang kaya saja (Al Hasyr, 59:7)

Dengan demikian kita akan sadar akan firman Allah, yakni Allah memerintahkan agar orang orang beriman mengeluarkan sebagian harta bendanya untuk kebajikan dari harta bendanya yang baik-baik bukan yang buruk-buruk (al Baqarah 2:267)

Kalau anda sudah berfikir demikian, apakah kita patuh kepada perintah Allah?

Perlu diingat bahwa “Allah mengancam orang orang yang menimbun perak dan emas dan tidak menggunakannya untuk kepentingan agama dan masyarakat (At-Taubah 9:34) . Zakat mempunyai fungsi sosial dalam masyarakat. Keserakahan dan kezaliman seseorang tidak bisa ditolerir apabila ia telah memakan dan menguasai harta anak yatim (An Nisaa':4:10). Adalah sama dengan mendustakan agama apabila menelantarkan dan tidak memberi makan orang miskin (Al-Maun 107:1-2).

Pertanyaan apa lagi yang menghantui anda dalam melaksanakan zakat? Keputusan ada ditangan anda…….

Perlu diingat bahwa Sebenarnya dilihat dari segi kebaktian kepada Allah SWT menunaikan zakat itu bukanlah memberikan upeti kebendaan kepada-Nya melainkan mempersembahkan ketakwaan dengan melaksanakan perintah-Nya (Al Hajj, 22:37).

Anda takut Miskin karena berzakat ?.....

Perlu diingat bahwa “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir pada tiap-tiap butir, seratus biji, …”. (Al Baqarah 2:261). Allah menggembirakan orang-orang yang suka mendermakan harta bendanya di jalan Allah dan meniberikan pahala berlipat ganda di dunia dan akhirat (AI Baqarah, 2:245). Hal ini juga berdasarkan hadits Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Tidak akan berkurang harta dengan shadaqah (zakat).” HR. Muslim. Dalam hadits lain dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Siapa yang bershadaqah dengan segenggam kurma dari hasil usaha yang baik, --tiadalah Allah akan menerimanya kecuali yang baik—maka sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian mengembangkannya kembali untuk orang yang bershadaqah tersebut sebagaimana salah seorang dari kalian menumpuk-numpuk tanah sehingga menjadi sebesar gunung. HR. Muttafaqun Alaih.

Pada akhirnya zakat adalah untuk kita dan orang lain atas petunjuk dan perintah Allah, serta mengangkat derajat kemulian di mata Allah dan manusia baik di dunia maupun di akherat.

“Dan tetapkanlah untuk kami di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman, ‘siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf : 156).

Rasulullah bersabda, “Bentengilah harta kalian dengan zakat, obatilah orang-orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah, dan hadapilah cobaan dengan do’a.” (HR. ath-Thabrani).

“Semoga Bermanfaat”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengaca Kehidupan Semut bagi Kehidupan Manusia

Garis Besar Buku The Best Seller Biografi KH. Arief Hasan

Saiful Amin Ghofur Sang Penulis Buku