Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2009

Roda Kehidupan dengan Zakat Anda

Pada bulan ramadlan yang penung anugerah dan kemuliaan dari Allah SWT. kaum muslimin berbondong-bondong melakukan aktivitas ibadahnya seperti puasa, shalat tarawih, berbuka bersama, bershadaqah dll. Pada 10 hari Awal ramadlan yang disebar kerahmatan-Nya, menjadi membludak tempat-tempat masjid terisi dengan luar biasa. Kemudian 10 hari yang ke-dua ramadlan aktivitas tersebut mulai merosot alias kendor, apalagi 10 hari yang terakhir ramadlan bisa kita lihat, siapakah yang istiqamah dalam mengisi aktivitas di masjid. Fenomena ini sering kita jumpai pada setiap tahunnya. Terlepas dari fenomena itu, apa yang diperbuat sebagian kaum muslimin disekitar kita, saat Hari Raya Idul fitri kurang dari setengan bulan orang-orang pada sibuk memikirkan THR, baju baru, rumah mengkilat dll. Dari hal tersebut, pernahkah kita memikirkan zakat kita? Apakah yang dipilih oleh mereka, zakat fitra / zakat mall atau asesoris kebutuhan dhohiriyah kepribadian mereka dalam menjelang hari raya? Silahkan anda bert

“Fokus Ziarah Kubur”

Ziarah kubur itu adalah sunnah Rasulallah saw., sebagaimana hadits dari Sulaiman bin Buraidah yang diterima dari bapaknya, bahwa Nabi saw bersada: “Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, namun kini berziarahlah kalian!. Dalam riwayat lain; ‘(Maka siapa yang ingin berziarah kekubur, hendaknya berziarah), karena sesungguhnya (ziarah kubur) itu mengingat- kan kalian kepada akhirat’. (HR.Muslim) Juga ada hadits yang serupa diatas tapi berbeda sedikit versinya dari Buraidah ra. bahwa Nabi saw. bersabda : “Dahulu saya melarang kalian menziarahi kubur, sekarang telah diizinkan dengan Muhammad untuk berziarah pada kubur ibunya, karena itu berziarah lah ke perkuburan sebab hal itu dapat mengingatkan pada akhirat”. (HR. Muslim (lht.shohih Muslim jilid 2 halaman 366 Kitab al-Jana’iz), Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, Ahmad). Imam Syafi’i dalam kitabnya Al Umm meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulallah saw. bersabda : “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur, maka berzia

Sekilas Sosok Gus Rori

KH. AHMAD ASRORI UTSMAN AL ISHAQI Tokoh mursyid ternama lain dari Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah di Indonesia adalah K.H. Ahmad Asrori Al-Ishaqi, pemimpin Jamaah Al-Khidmah yang berpusat Kedinding Lor, Surabaya. Sebagai ciri khas, Kiai Asrori menambahkan kata Al-Utsmaniyyah di belakang thariqahnya yang merujuk kepada ayahandanya, K.H. Utsman Al-Ishaqi. Kiai Utsman yang masih keturunan Sunan Giri itu adalah murid kesayangan dan badal K.H. Romli Tamim (ayah K.H. Musta’in), Rejoso, Jombang, salah satu sesepuh Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah di negeri ini. Ia dibaiat sebagai mursyid bersama Kiai Makki Karangkates Kediri dan Kiai Bahri Mojosari Mojokerto. Sepeninggal Kiai Musta’in (sekitar tahun 1977), Kiai Utsman mengadakan kegiatan sendiri di kediamannya, Sawah Pulo, Surabaya. Sepeninggal Kiai Utsman, tongkat estafet kemursyidan diberikan kepada putranya, Gus Minan, sebelum akhirnya ke Gus Rori. Konon pengalihan tugas ini berdasar wasiat Kiai Utsman menjelang wafatnya. Di t

Shalat Tarawih

Pengertian Shalat Tarawih : Sholat tarawih adalah sholat yang dikerjakan di malam bulan ramadhan yang dapat dikerjakan secara sendiri-sendiri atau berjamaah bersama-sama. Waktu pelaksanaan sholat tarawih adalah setelah pelaksanaan solat isya sampai dengan terbit fajar shubuh. Hukum Shalat Tarawih: Shalat Tarawih hukumnya sangat disunnahkan (sunnah muakkadah), lebih utama berjama'ah. Demikian pendapat masyhur yang disampaikann oleh para sahabat dan ulama. Dalil Rakaat Shalat Tarawih : • 11 Rakaat : 1. Dari Abi Salamah bin Abdir Rahman, bahwa ia pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha tentang bagaimana shalat Rasulullah Shallallahu ‘alihi wa sallam di bulan Ramadhan ? Beliau menjawab : "Baik pada bulan Ramadhan maupun pada bulan-bulan yang lain, beliau Nabi saw. tidak pernah shalat malam melebihi sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at; jangan tanya soal bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat lagi empat raka’at, jangan juga tanya soal bagus dan panjangnya. Ke

Mengkaji Tradisi Megengan

T radisi selametan megengan ini sudah mendarah daging di masyarakat Jawa yang oleh orang yang baru “mendalami Islam” sering dicap syirik, bida’h dan tidak ada pernah ada rujukan hadist yang sahih dengan menunjukan rasa tidak simpati dan dangkal akan apresiasi agama dan budaya. Tulisan ini merupakan apresiasi terhadap budaya megengan yang mulai terkikis di masyarakat perkotaan yang disebabkan kesibukan orang kota yang mulai menikmati hidup serba instan dan silang pendapat yang tidak simpati terhadap budaya lokal atas dasar keagamaan. Megengan secara etimologi berasal dari bahasa Jawa “megeng” yang berarti menahan , dalam tradisi lisan masyarakat pengguna bahasa Jawa (speech community) kata megeng selalu terkait dengan megeng nafas yang mempunyai makna “terasa berat, meskipun berat harus ditahan selayaknya orang menghirup nafas”. Kata megeng juga sepadan dalam penggunaan kata Ramadan secara lughat yang berarti “imsak”, kata “imsak” dalam tradisi pesantren salaf yang biasa memaknai kitab