Marhaban Yaa Ramadlan


Bila telah datang sesuatu yang ditunggu, atau yang dinantikan oleh seseorang, maka ada perasaan gembira tiada tara. Mengibaratkan piala dunia dalam persepakbolaan yang kemarin telah usai, pada awalnya ditunggu negara belahan dunia selama empat tahunan. Selama dalam penantiannya banyak hal yang dipersiapkan, mulai mencari bibit yang handal disaring dalam berbagai even atau kejuaraan lokal. Tahap penggemblengan diatur sedemikian ketatnya tidala lain yang diinginkan oleh tiemnya kecuali menang dalam pertandingan. Seluruh daya upaya dikerahkan untuk mendapatkan piala dunia.

Sekarang kita berfikir tentang ramadlan. Mengapa ramadlan perlu kita fikirkan? Ramadlan adalah piala bagi orang yang bertaqwa. Ramadlan adalah even internasional yang dilaksanakan setahun sekali.
Sebagai orang muslim, apa perasaan anda bila ramadlan akan datang, Senang atau tidak. Mengapa kita harus berbicara masalah senang atau tidak? Biasanya orang yang merasakan senang, sebelum ramadlan mereka akan mempersiapkan terlebih dahulu apa dan bagaimana aturan yang harus diikutinya. Hal ini akan berpengaruh sukses dan tidaknya dalam bertindak untuk mencapai kemenangan. Bila orang merasakan tidak suka, maka dari awal adanya informasi tentang datangnya ramadlan mereka tidak akan menghiraukan tindakan apa yang akan dilakukannya bahkan tidak ada target untuk menang.

Wahai saudaraku coba kita rasakan apa yang sebenarnya ada dalam hati kita, senang atau tidak senang ketika ada kabar ramadlan akan datang. Selanjutnya silahkan anda nilai kemusliman (keimanan) anda masing-masing.

Wahai saudaraku dalam ramadlan itu ada perintah dari Allah berupa puasa :

“Maka barangsiapa di antara kamu melihat bulan itu (Ramadhan), hendaklah ia berpuasa” (QS. Al Baqarah [2]:185)

Puasa itu adalah salah satu perintah wajib dari Allah bagi hamba-Nya yang beriman :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS.Al-Baqarah [2]: 183).

Dari dua ayat diatas menunjukkan ukuran keimanan kita kepada Allah. Kita mengikuti perintahnya atau tidak.

Bila seorang muslim merasakan senang akan ramadlan (perintah Allah), maka dia akan bersungguh-sungguh untuk melakukannya. Namun bila dia tidak senang, maka dia mengabaikan perintah Allah tersebut. Bagaimana dengan keimanan anda?

Allah menciptakan jin dan manusia tiada lain adalah untuk menghambakan diri pada-Nya. Seorang hamba harus taat kepada Allah. Bila seorang hamba tidak taat kepada Allah, maka otomatis Allah murka padanya.

Seorang pegawai harus taat pada bosnya, bila pegawainya taat, maka bosnya akan senang dan suka padanya, bila pegawainya tidak taat, maka bosnya akan marah, dan bisa jadi akan dipecat dari perusahaannya.


Allah menyuruh hamba-Nya untuk mentaati apa yang diperintahkan-Nya sudah pasti Allah akan memberikan hadiah.

“Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia”. (QS. al-Haj [22]: 50)

Dalam hadits Nabi saw. :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan penuh harap, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang solat malam pada bulan puasa, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. juga bersabda, “Apabila datang malam pertama bulan Ramadhan, para syaitan dan jin kafir akan dibelenggu. Semua pintu neraka ditutup sehingga tidak ada satu pintu pun yang terbuka; dan dibuka pintu-pintu syurga sehingga tidak ada satu pun yang tertutup. Lalu terdengar suara seruan, “Wahai pencari kebaikan, datanglah! Wahai pencari kejahatan, kurangkanlah. Pada malam itu ada orang-orang yang dibebaskan dari neraka. Dan yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Pernah suatu ketika saya silatur-rahim kepada seorang kiai (KH. Nur Hisyam Mansur) di Mojokerto, para tamu ditanyai oleh sang Kiai satu persatu (secara bergilir), ketika tiba giliran dia (orang dari Dawar dan termasuk salah satu alumni santri kiai) beliau menceritakannya bahwa dia sudah berkeluarga dan bekerja di area Wonokromo Surabaya. Beliaunya bekerja jualan makanan kecil seperti ; onde-onde, ote-ote, tahu brontak, kue lapis dll. Beliau berjualan dengan menggunakan sepeda ontel, ditawarkan (mangkal) di sekolah-sekolah dan keliling perumahan. Bila saatnya Ramadlan tiba, beliau libur tidak berjualan sebulan penuh. Beliau konsentrasi dengan aktifitas puasa ramadlannya. Subhanallah ketika ditanya, apa keluarga anda tidak membutuhkan keperluan buat hidup sebulan penuh? Ditambah keperluan hari raya? Beliau menjawab dengan entengnya, “wah kalau untuk itu udah saya persiapkan sebelumnya kiai…”. Subhanallah.

Salah satu teman dekat saya bercerita tentang orang tuanya yang pekerjaanya penjual nasi di warung (area sebelah selatan TP Surabaya) setiap kali ramadlan beliau masak nasi dilebihkan tidak sebagaimana mestinya pada hari-hari selain ramadlan. Dan beliau menggratiskan makan di warungnya selama bulan ramadlan. Subhanallah.

Saudaraku cerita diatas, adalah seorang penjual makanan kecil dan penjual nasi, kalau dihitung labahnya tidaklah seberapa, tidak terlalu wah.. coba kita mengaca diri kita. Anda seorang pengusaha? Seorang kontraktor? Seorang Pejabat? Bisakah seperti dia?...

Marhaban yaa ramadlan (Selamat Datang Ramadlan) adalah ungkapan yang penuh makna terhadap diri kita sebagai muslim. Kita bersyukur bisa hadir dalam ramdlan tahun ini. Sukses dan tidaknya ramadlan tahun ini, berkah dan tidaknya ramadlan tahun ini, mulia dan tidaknya ramadlan tahun ini tergantung kualitas iman dan amal kita masing-masing.

Saya mengajak saudaraku untuk berusaha semaksimal mungkin meningkatkan kualitas amal kita dalam mengisi ramadlan tahun ini dengan memohon bimbingan, petunjuk dan pertolongan Allah SWT.

“Semoga bermanfaat”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengaca Kehidupan Semut bagi Kehidupan Manusia

Garis Besar Buku The Best Seller Biografi KH. Arief Hasan

Saiful Amin Ghofur Sang Penulis Buku