Curhat di Warung Kopi
Pernah suatu ketika ada orang curhat kepada saya tentang keinginan yang menggebu-gebu untuk mendapatkan seorang anak laki-laki. Sampai-sampai istrinya diwanti-wanti (dipesan) bila kelahiran sang-jabang bayi nanti itu wanita, maka diakan menceraikannya.
Mengapa anda sampai berkata begitu?, dia menjawab,” pokok e lanang (laki-laki)”. Terus alasannya?, dia jawab,”nek lanang iso bantu wong tuane, isok ngelindungi lan isok mulyakno wong tuwo”. (kalo laki-laki bisa bantu orang tua, bisa melindungi dan bisa memulyakan orang tua).
Kalo anak wanita apa gak bisa bantu, melindungi dan memulyakan orang tua? Dia jawab,”ora isok, wong wadon iku iso e jalok dilindungi, diopeni, ora kuat bantu kerjo, nek ono masalah nangis tok”. (tidak bisa, orang wanita itu bisanya minta dilindungi, dipenuhi segala kebutuhannya, tidak kuat membatu pekerjaan, dan kalau ada masalah bisanya menangis aja).
Akhirnya saya mulai menyampaikan kepadanya dengan bercerita:
Wanita di masa jahiliyah (sebelum diutusnya Nabi saw.) pada umumnya tertindas dan terkungkung khususnya di lingkungan bangsa Arab, tetapi tidak menutup kemungkinan fenomena ini menimpa di seluruh belahan dunia (Indonesia salah satunya). Bentuk penindasan ini di mulia sejak kelahiran sang bayi, aib besar bagi sang ayah bila memiliki anak perempuan. Sebagian mereka tega menguburnya hidup-hidup dan ada yang membiarkan hidup tetapi dalam keadaan rendah dan hina bahkan dijadikan sebagai harta warisan dan bukan termasuk ahli waris.
Coba anda dengarkan Allah SWT. berfirman : “Dan apabila seorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah. Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl [16] : 58-59)
(selanjutnya saya memberikan contoh wanita yang mulia di Arab Saudi dan di Indonesia)
Wanita Mulia Di Arab Saudi :
Khadijah Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun.
Ketika Jibril as. datang kepada Nabi saw., dia berkata :"Wahai, Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan." [HR. Bukhari dalam "Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW. Imam Adz-Dzahabi berkata :"Keshahihannya telah disepakati."]
Pernahkah kita berpikir dan merasakan, bila ada orang terkenal di negeri ini memberi salam kepada anda?, misalkan seorang gubernur Jawa Timur (pak Karwo) memberikan salam lewat ajudannya untuk disampaikan kepada anda?
Memangnya kenapa salam kepada anda? Orang lain juga pasti bertanya-tanya.Sesuatu yang sangat berharga itu pasti ada sebabnya. Walaupun satu kata atau berbentuk benda kecil bisa jadi nilainya cukup tinggi atau tidak bisa dinilaikan.
Begitu juga kita memahami hadits diatas, mengapa Khadijah mendapatkan salam dari Allah SWT. dan Jibril as.? Pasti ada sesuatu dibalik itu.
Mungkin anda sudah baca tentang biografi Khadijah Binti Khuwailid adalah wanita pertama yang beriman kepada Nabi saw. Beliau istri pertama Nabi saw. yang senantiasa mendukung dan memberikan yang terbaik dalam dakwah Nabi saw. sampai beliau wafat.
Suatu ketika Aisyah pernah mendengar bahwa Nabi saw. senantiasa menceritakan kisah Khadijah dihadapannya, sehingga Aisyah cemburu. Terdapat data bahwa para Muhadditsin banyak meriwayatkan kemuliaan Khadijah diantaranya :
Rasulullah saw. bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia." [HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118]
Sesungguhnya khadijah adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorangpun diantara para shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam. Hal itu disebabkan sikap Khadijah ra. pada saat pertama lebih besar peranannya daripada semua sikap yang mendukung da'wah Nabi saw. sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Nabi saw. Khadijah mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolongnya dengan jiwa dan hartanya.
Yang jelas kemuliaan dan jasa besar beliau senantiasa diingat oleh Nabi saw. hal ini juga yang membuat Allah SWT. Mengangkat derajatnya di dunia dan akhirat serta dijagani (diberi fasilitas hadiah) sebuah rumah di syurga dari mutiara. Dan Malaikat Jibril as. pun demikian menaruh rasa hormat atas segala upaya yang dikerjakan Khadijah.
Agama Islam menghapus seluruh bentuk kedhaliman yang menimpa kaum wanita dan mengangkat derajatnya sebagai martabat manusiawi. Timbangan kemulian dan ketinggian martabat di sisi Allah SWT. adalah takwa, sebagaiman yang terkandung dalam al-Qur’an :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat [49]:13)
Lebih dari itu Allah SWT. menegaskan dalam firman-Nya :
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16] : 97)
Wanita Mulia Di Indonesia :
Raden Ajeng Kartini, lahir di Jepara 21 April 1879. keturunan ningrat atau bangsawan. adalah putri seorang Bupati Jepara Raden Mas Adipati Sastrodiningrat dan cucu dari Bupati Demak, Tjondronegoro. Kartini hidup dan besar di lingkungan priyayi dengan fasilitas yang serba bagus (pada saat itu). Yang patut kita teladani, walaupun Kartini hidup di keluarga ningrat tetapi beliau bergaul dan berteman dengan siapapun, dari noni-noni Belanda hingga orang-orang pribumi. Dan karena temannya banyak dari berbagai kalangan, dari itu beliau sadar bahwa kaum wanita saat itu tidaklah dihargai. Beliau melihat realita para wanita tidak boleh mencicipi pendidikan, tidak memiliki hak apa-apa yang dimilikinya ialah kewajiban-kewajiban dan kewajiban yang mengatasnamakan adat.
Kartini juga diperlakukan seperti itu, tidak boleh sekolah yang tinggi karena adatnya memang begitu. Tetapi, dengan melanggar aturan-aturan adat pada saat itu serta kepandaian yang beliau miliki, Kartini mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dimana sekolah itu hanya untuk orang-orang Belanda saja. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya, perlahan-lahan namun pasti Kartini berusaha menambah kehidupan yang layak bagi seorang kaum wanita.
Kartini menikah dengan seorang Bupati Rembang, Adipati Joyodiningrat pada tahun 1903. Otomatis beliau mengikuti sang suami ke Rembang. Di daerah inilah, Ibu Kartini gigih meningkatkan kegiatannya dalam bidang pendidikan untuk kaum hawa. Dengan kekuatan dari sang suami yang sebagai orang nomor satu di Rembang itu, memudahkan Ibu Kartini mendirikan Sekolah Kepandaian Putri dan mengajarkan tentang kegiatan kewanitaan seperti jahit menjahit dan keterampilan putri lainnya. Sekolah-sekolah yang dirikan ini tak terbatas pada tingkat sosial, baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat pribumi, semuanya boleh mencicipi dan mengenyam pendidikan di Sekolah Kartini. Kartini wafat di usia yang muda yakni 25 tahun saat melahirkan anak pertamanya yakni pada tanggal 17 September 1904. Setelah Kartini wafat, sahabat penanya mengumpulkan surat-surat dari Ibu Kartini mengenai perjuangannya mengangkat harkat dan martabat kaum hawa serta menyusunnya dalam sebuah buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Judul buku itu juga terdapat pada penggalan surat Ibu Kartini.
Mengingat besarnya jasa Ibu Kartini pada bangsa ini maka atas nama negara, pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Setelah selesai saya menyampaikan cerita tersebut, dia tertunduk dan diam seribu bahasa, dan tak lama kemudian terdengar suara adzan shalat dhuhur berkumandang, lalu saya akhiri dengan penekanan pada 3 ayat :
1. “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan peliharalah hubungan kekeluargaan (tali rahim)" . (QS. An-Nisa’[4] :1).
2. “Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16] : 97)
3. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS.Yusuf [12] : 111).
“Semoga Bermanfa’at”
Mengapa anda sampai berkata begitu?, dia menjawab,” pokok e lanang (laki-laki)”. Terus alasannya?, dia jawab,”nek lanang iso bantu wong tuane, isok ngelindungi lan isok mulyakno wong tuwo”. (kalo laki-laki bisa bantu orang tua, bisa melindungi dan bisa memulyakan orang tua).
Kalo anak wanita apa gak bisa bantu, melindungi dan memulyakan orang tua? Dia jawab,”ora isok, wong wadon iku iso e jalok dilindungi, diopeni, ora kuat bantu kerjo, nek ono masalah nangis tok”. (tidak bisa, orang wanita itu bisanya minta dilindungi, dipenuhi segala kebutuhannya, tidak kuat membatu pekerjaan, dan kalau ada masalah bisanya menangis aja).
Akhirnya saya mulai menyampaikan kepadanya dengan bercerita:
Wanita di masa jahiliyah (sebelum diutusnya Nabi saw.) pada umumnya tertindas dan terkungkung khususnya di lingkungan bangsa Arab, tetapi tidak menutup kemungkinan fenomena ini menimpa di seluruh belahan dunia (Indonesia salah satunya). Bentuk penindasan ini di mulia sejak kelahiran sang bayi, aib besar bagi sang ayah bila memiliki anak perempuan. Sebagian mereka tega menguburnya hidup-hidup dan ada yang membiarkan hidup tetapi dalam keadaan rendah dan hina bahkan dijadikan sebagai harta warisan dan bukan termasuk ahli waris.
Coba anda dengarkan Allah SWT. berfirman : “Dan apabila seorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah. Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl [16] : 58-59)
(selanjutnya saya memberikan contoh wanita yang mulia di Arab Saudi dan di Indonesia)
Wanita Mulia Di Arab Saudi :
Khadijah Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun.
Ketika Jibril as. datang kepada Nabi saw., dia berkata :"Wahai, Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan." [HR. Bukhari dalam "Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW. Imam Adz-Dzahabi berkata :"Keshahihannya telah disepakati."]
Pernahkah kita berpikir dan merasakan, bila ada orang terkenal di negeri ini memberi salam kepada anda?, misalkan seorang gubernur Jawa Timur (pak Karwo) memberikan salam lewat ajudannya untuk disampaikan kepada anda?
Memangnya kenapa salam kepada anda? Orang lain juga pasti bertanya-tanya.Sesuatu yang sangat berharga itu pasti ada sebabnya. Walaupun satu kata atau berbentuk benda kecil bisa jadi nilainya cukup tinggi atau tidak bisa dinilaikan.
Begitu juga kita memahami hadits diatas, mengapa Khadijah mendapatkan salam dari Allah SWT. dan Jibril as.? Pasti ada sesuatu dibalik itu.
Mungkin anda sudah baca tentang biografi Khadijah Binti Khuwailid adalah wanita pertama yang beriman kepada Nabi saw. Beliau istri pertama Nabi saw. yang senantiasa mendukung dan memberikan yang terbaik dalam dakwah Nabi saw. sampai beliau wafat.
Suatu ketika Aisyah pernah mendengar bahwa Nabi saw. senantiasa menceritakan kisah Khadijah dihadapannya, sehingga Aisyah cemburu. Terdapat data bahwa para Muhadditsin banyak meriwayatkan kemuliaan Khadijah diantaranya :
Rasulullah saw. bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia." [HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118]
Sesungguhnya khadijah adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorangpun diantara para shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam. Hal itu disebabkan sikap Khadijah ra. pada saat pertama lebih besar peranannya daripada semua sikap yang mendukung da'wah Nabi saw. sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Nabi saw. Khadijah mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolongnya dengan jiwa dan hartanya.
Yang jelas kemuliaan dan jasa besar beliau senantiasa diingat oleh Nabi saw. hal ini juga yang membuat Allah SWT. Mengangkat derajatnya di dunia dan akhirat serta dijagani (diberi fasilitas hadiah) sebuah rumah di syurga dari mutiara. Dan Malaikat Jibril as. pun demikian menaruh rasa hormat atas segala upaya yang dikerjakan Khadijah.
Agama Islam menghapus seluruh bentuk kedhaliman yang menimpa kaum wanita dan mengangkat derajatnya sebagai martabat manusiawi. Timbangan kemulian dan ketinggian martabat di sisi Allah SWT. adalah takwa, sebagaiman yang terkandung dalam al-Qur’an :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat [49]:13)
Lebih dari itu Allah SWT. menegaskan dalam firman-Nya :
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16] : 97)
Wanita Mulia Di Indonesia :
Raden Ajeng Kartini, lahir di Jepara 21 April 1879. keturunan ningrat atau bangsawan. adalah putri seorang Bupati Jepara Raden Mas Adipati Sastrodiningrat dan cucu dari Bupati Demak, Tjondronegoro. Kartini hidup dan besar di lingkungan priyayi dengan fasilitas yang serba bagus (pada saat itu). Yang patut kita teladani, walaupun Kartini hidup di keluarga ningrat tetapi beliau bergaul dan berteman dengan siapapun, dari noni-noni Belanda hingga orang-orang pribumi. Dan karena temannya banyak dari berbagai kalangan, dari itu beliau sadar bahwa kaum wanita saat itu tidaklah dihargai. Beliau melihat realita para wanita tidak boleh mencicipi pendidikan, tidak memiliki hak apa-apa yang dimilikinya ialah kewajiban-kewajiban dan kewajiban yang mengatasnamakan adat.
Kartini juga diperlakukan seperti itu, tidak boleh sekolah yang tinggi karena adatnya memang begitu. Tetapi, dengan melanggar aturan-aturan adat pada saat itu serta kepandaian yang beliau miliki, Kartini mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dimana sekolah itu hanya untuk orang-orang Belanda saja. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya, perlahan-lahan namun pasti Kartini berusaha menambah kehidupan yang layak bagi seorang kaum wanita.
Kartini menikah dengan seorang Bupati Rembang, Adipati Joyodiningrat pada tahun 1903. Otomatis beliau mengikuti sang suami ke Rembang. Di daerah inilah, Ibu Kartini gigih meningkatkan kegiatannya dalam bidang pendidikan untuk kaum hawa. Dengan kekuatan dari sang suami yang sebagai orang nomor satu di Rembang itu, memudahkan Ibu Kartini mendirikan Sekolah Kepandaian Putri dan mengajarkan tentang kegiatan kewanitaan seperti jahit menjahit dan keterampilan putri lainnya. Sekolah-sekolah yang dirikan ini tak terbatas pada tingkat sosial, baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat pribumi, semuanya boleh mencicipi dan mengenyam pendidikan di Sekolah Kartini. Kartini wafat di usia yang muda yakni 25 tahun saat melahirkan anak pertamanya yakni pada tanggal 17 September 1904. Setelah Kartini wafat, sahabat penanya mengumpulkan surat-surat dari Ibu Kartini mengenai perjuangannya mengangkat harkat dan martabat kaum hawa serta menyusunnya dalam sebuah buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Judul buku itu juga terdapat pada penggalan surat Ibu Kartini.
Mengingat besarnya jasa Ibu Kartini pada bangsa ini maka atas nama negara, pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Setelah selesai saya menyampaikan cerita tersebut, dia tertunduk dan diam seribu bahasa, dan tak lama kemudian terdengar suara adzan shalat dhuhur berkumandang, lalu saya akhiri dengan penekanan pada 3 ayat :
1. “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan peliharalah hubungan kekeluargaan (tali rahim)" . (QS. An-Nisa’[4] :1).
2. “Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16] : 97)
3. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS.Yusuf [12] : 111).
“Semoga Bermanfa’at”
Komentar
Posting Komentar