Apakah Anda Takut Mati?

Sering kita mendengar perkataan “Saya tidak takut mati”, “Buat apa ditakutin, paling juga mati”, “Mati, Siapa takut!”, dan masih banyak lagi perkataan yang sejenisnya. Semua ini tampaknya menganggap enteng arti kematian, kematian dianggap suatu hal yang kecil bagaikan ingin pergi tidur saja.

Bila kita pahami lebih lanjut, memang kematian bukanlah suatu hal yang patut kita takuti bilamana memang inilah pilihan terakhir yang kita hadapi. Kematian memang tidak perlu ditakuti, karena kita tidak perlu khawatir akan kematian. Suatu saat nanti kematian sudah pasti akan datang dengan sendirinya cepat atau lambat. Bahkan bilamana kematian tidak pernah datang lagi, seharusnya kita harus lebih takut.

Bagaikan seorang anak muda yang berkata “Saya tidak takut mati.”, tentunya bukan berarti dirinya tidak takut mati. Hal ini disebabkan karena dirinya tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah kematiannya. Keterbatasan pengetahuan akan apa yang akan dihadapi setelah kematian, membuat dirinya menjadi nekat dan sembrono.

Bilamana beberapa detik sebelum kematiannya, satu malaikat memberitahukan bahwa akan membawanya ke alam neraka, untuk mendapatkan siksaan yang luar biasa sakitnya bahkan ribuan kali dari penderitaan yang dihadapinya. Apakah dirinya masih menginginkan kematiannya saat itu juga ?

Selain itu banyak mahluk yang tidak takut akan kematiannya, karena mereka sebenarnya takut untuk menghadapi penderitaan dan kenyataan hidupnya. Hal ini sebenarnya untuk mentutupi rasa kecewa dan putus asa dalam kehidupannya.

* Ada seorang laki-laki yang disebut-sebut selalu berada di sisi Nabi Muhammad saw. Orang itu sering dipuji dengan baik. Lalu Rasulullah bertanya, ''Bagaimana teman kalian itu menyebut mati?'' ''Kami hampir tidak pernah mendengar ia mengingat mati,'' jawab mereka. ''(Jika begitu), maka sesungguhnya teman kalian itu bukanlah di situ (di sisi Nabi),'' jawab Rasulullah. Seorang sahabat dari kaum Anshar bertanya. ''Wahai Nabi, siapakah manusia yang paling cerdas dan mulia? Mereka yang sering mengingat mati dan (tekun) mempersiapkan diri menghadapi kematian. Mereka pergi dengan kelegaan dunia dan kemuliaan akhirat,''.


Sabda Rasulullah saw. :
* Artinya : “Dikhawatirkan nanti umat Islam akan diperebutkan oleh musuh-musuh sebagaimana mereka menjarah makanan yang terhidang di atas meja. Sahabat bertanya kepada Rasulullah, apakah pada waktu itu, umat Islam sedikit sekali wahai Rasulullah?. Rasulullah menjawab, bukan, bahkan pada waktu itu jumlah kamu banyak sekali (mayoritas secara kuantitas), namun secara kualias tidak ubahnya seperti buih yang terapung-apung dipermukaan air yang mudah sekali dihanyutkan. Sehingga dalam kondisi seperti ini Allah mulai mencabut rasa gentar dari hati musuh-musuh kamu. Sebaliknya, Allah mulai mendatangkan penyakit kejiwaan yaitu al-Wahn ke dalam diri kamu. Sahabat kembali bertanya; “Apa pula yang dimaksud dengan penyakit al-Wahn Ya Rasulullah? Rasulullah menjawab, yaitu suatu macam penyakit jiwa yang ditandai dengan cinta yang berlebihan terhadap kehidupan dunia, dan benci atau takut terhadap kematian”. (HR. Abu Daud)

* Artinya : “Abu Said Al-Khudhari berkata : Bersabda Rasulullah SAW ; sesungguhnya dunia indah dan manis, dan Allah akan menyerahkan kepada kamu, maka bagaimana kamu berbuat padanya. Maka berhati-hatilah kamu terhadap godaan dunia dan godaan perempuan”. (HR. Muslim)

Penyakit kejiwaan yang ada pada manusia menurut Islam ; Cinta dunia, Takut Mati, Tamak (memiliki sesuatu secara berlebih-lebihan tanpa ada puas-puasnya), Berbuat Dhalim (suka menganiaya), Itba’ul Hawa (mempertuhankan hawa nafsu), Ifsad (Berbuat kerusakan).

Untuk mengobati penyakit kejiwaan yang membawa kehancuran di atas, antara lain :

1. Memantapkan rasa mahabbah (kecintaan kepada Allah)
Yaitu kecintaan kepada Allah dengan sepenuh hati, dan diwujudkan dengan ketaatan yang tulus terhadap agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Firman Allah SWT. dalam surat Ali Imran ayat 31;
Artinya : “Katakanlah, jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, Allah akan mencintai kamu”.
* Rasulullah saw. bersabda: Artinya : “Ada tiga macam resep jika ada ketiganya dia akan merasakan manisnya iman. 1) Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi dari kecintaan terhadap segalanya, 2) Dia mencintai manusia hanya karena Allah semata, 3) Merasa jijik kembali kepada kafir sebagaimana jijiknya dilemparkan kepada api”. (H.R. Bukhari)

2. Memantapkan ketakwaan kepada Allah
Rasulullah saw. pernah berkata :
Artinya : “Taqwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada. (H.R. Tabrani)

3. Taubat
Yaitu perbuatan yang dilakukan seseorang dalam menyesali segala perbuatan dosa yang pernah ia perbuat. Rasulullah juga bersabda : “Setiap anak Adam bersalah, dan sebaik-baik kesalahan adalah bertobat”. (H.R. Tarmizi, Ibnu Majah)

4. Qana’ah
Yaitu mencukup dengan apa yang telah menjadi bagiannya, setelah berikhtiar. Jadi, qana’ah hati bukan qana’ah ikhtiar.
Rasulullah pernah berkata : “Bukannya kekayaan itu karena banyaknya harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa” (yang dimaksud dengan ghinan nafsi ialah merasa cukup dengan rezki yang diperolehnya, dan terlalu memperkaya diri dengan tidak memperhatikan dari mana datangnya rezki, seperti perbuatan orang-orang kafir. (H.R. Bukahri dan Muslim)

5. Tawadhu’
Tawadhu’ mempunyai banyak pengertian, antara lain, bersikap tenang, rendah hati, sederhana, bersungguh-sungguh dan menjauhi sikap takabur, sombong dan membangkang. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-‘Araf ayat 40 ;
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombonghkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula masuk surga sehingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang zhalim”.

6. Tawakal
Yaitu perasaan dari seorang mukmin dalam memandang alam, apa yang terdapat di dalamnya tidak akan luput dari tangan Allah. Nabi saw. bersabda :
Artinya : “Bahwasanya Nabi Saw. Ketika beliau keluar dari rumahnya, nabi berkata dengan menyebut nama Allah, Aku serahkan kepada Allah, Yaa Allah sesungguhnya kami berlindung kepada mu dari segala yang diturunkan yang mengalahkan, yang menzhalimi, yang membodohi, dan yang dibodohi kepada kami”. (H.R. Tarmizi)

7. Sabar
Sabar menurut Imam Al-Ghazali adalah, menerima segala penderitaan dan tabah menghadapi hawa nafsu. Firman Allah dalam surat Al-Ahqaf ayat 35 ;
Artinya : “Maka sabarlah kamu sepertti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang bersabar dan janganjlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal di dunia melainkan sesaat di siang hari, (inilah suatu pelajaran yang cukup, maka tidaklah dibinasakan orang-orang yang fasik”.

“Semoga Bermanfaat”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengaca Kehidupan Semut bagi Kehidupan Manusia

Garis Besar Buku The Best Seller Biografi KH. Arief Hasan

Saiful Amin Ghofur Sang Penulis Buku