KEMBALI MENGHIDUPKAN SUNAH NABI SAW.

Ada seseorang yang bertanya tentang mengapa Hari Pahlawan 10 Nopember itu senantiasa diperingati tiap tahun? Apakah memang bung Tomo, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol dan pahlawan lainnya pernah berwasiat agar suatu saat nanti setelah wafatnya para pejuang negara mereka mengharapkan untuk diperingati oleh warga negara Indonesia? Saya jawab tidak pernah tuh para pahlawan yang berwasiat seperti itu. Lantas kenapa kok Hari pahlawan senatiasa diperingati tiap tahun? Apakah salah bila warga negara yang sekarang menikmati kemerdekaan mengingat perjuangan para pahlawan. Jelas tidak salah kan? Wajarkan bila negara memperingatinya? Nilai-nilai positif yang dilakukan oleh para pejuang perlu didengung-dengungkan agar warga negara ini mesti berpikir, dengan susah payahnya mereka merebutkan kemerdekaan dengan daya upaya sampai penghabisan darah dipertaruhkan, kok kita enak-enak aja ….Emang Gue Pikirin (EGP).
Sebagaimana kita tahu Perayaan Maulid Nabi saw. diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.
Tiap bulan Rabul Awal ummat Islam diberbagai negara teringat akan kelahiran Nabi Muhammad saw. Adalah suatu kewajaran bila kita senantiasa memperingati hari kelahiran Nabi saw. Bukannya mengkultuskan Nabi saw. Namun perjuangan beliau yang sangat gigih dalam menata perubahan moralitas manusia dari kebejatan dirubah menjadi kemuliaan.
Mendengung-dengungkan kemuliakan perjuangan Nabi saw. sangatlah penting bagi kita sebagai pengitutnya. Suritauladan beliau yang perlu kita ingat-ingat.

“Dan sesungguhnya engkau adalah berbudi pekerti agung.” (QS. Al-Qalam:4)
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS 33:45, 46)
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keselamatan bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukrnin. ” (QS 9:12)
“Maka orang-orang yang beriman kepadanya (yakni kepada Muhammad s.a.w.) memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. 7:157)

Sifat-sifat yang disebutkan dalam ayat ini, dan yang telah mengakibatkan adanya pujian Allah SWT, ialah: 1. Beriman kepada Nabi ini, 2. Memuliakannya, 3. Menolongnya dan membelanya, 4. Mengikuti cahaya terang yang diturunkan kepadanya.
Adakah seseorang mengira bahwa ketiga kalimat diatas: “beriman kepadanya”, “memuliakannya” dan “membelanya” hanya berlaku khusus pada masa hidup Nabi s.a.w. saja? jawabnya, tentu, tidak. Ayat tersebut tidak bermaksud menyebutkan orang-orang yang hadir di masa beliau secara khusus. jadi, dapatlah dipastikan bahwa memuliakannya tidaklah terbatas pada masa hidup beliau. Tambahan lagi, seorang pemimpin besar harus menjadi tokoh yang dimuliakan dan dihormati sepanjang masa dan pada setiap generasi.
Allah yang telah menjadikan jalan mencintai-Nya tergantung dengan mengikuti kekasihnya Muhammad saw., Allah berfirman:
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ali Imran: 31)

Nabi saw. pernah bersabda:

"Tidak beriman (sempurna) seseorang dari kalian, sehingga aku lebih dicintainya dari pada ayahnya, anaknya, dan manusia sekalian."(HR. Bukhari)

"Termasuk umatku yang paling mencintaiku adalah orang-orang yang ada sesudahku, salah seorang dari mereka berkeinginan andaikan dia bisa melihatku dengan keluarga dan hartanya."(HR. Muslim)

Mengingat-ingat kebaikan seseorang akan menumbuhkan rasa terima kasih dan berusaha untuk dapat menirunya. Bukankah Nabi saw. senantiasa mengiat-ingat kebaikan istrinya “Khadijah” (walaupun sudah wafat). Banyak suritauladan khodijah terhadap diri Nabi saw. Saat orang-orang membenci Nabi saw. Khadijah senantiasa mendampinginya dengan penuh kecintaan, setia, kepercayaan dan bahkan seluruh hartanya dicurahkan dalam perjuangan Nabi saw.
Saat-saat ini banyak peristiwa yang disampaikan oleh media masa yang perlu kita pelajari, mengapa banyak anak-anak muda yang berprilaku amoral terhadap dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya seperti narkoba, perjudian, free sex, tawuran antar Geng, mabok-mabokan dll. Sedangkan masjid, majlis dzikir, majlis ilmu jauh tidak diminati oleh mereka yang mengaku muslim. Buku-buku yang digemari dan dicari oleh mereka kebanyakan tidak menubuhkan peningkatan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dari itu apa yang salah diantara kita? Apakah kita hanya sebagai penonton dan mengelus-eluskan dada kita? Apa yang mesti kita perbuat? Maka dari itu, mari kita renungkan sepak terjang kita dalam berbuat. Menimbang-nimbang perbuatan kita, sudahkan kita berbuat kebajikan lebih banyak dari kejelekan, atau sebaliknya. Kalaupun kita lebih banyak kebajikan yang kita lakukan, maka bersyukurlah, pertahankan dan tingkatkanlah. Seandainya kejelekan kita lebih banyak, maka bertobatlah, istighfarlah, berdzikirlah kepada Allah, semoga Allah senantiasa mengampuni dosa-dosa kita dan memberikan jalan petunjuk, sehingga kita dalam ridho-Nya.
Dengan memperingati Maulid Nabi saw. tahun ini, marilah kita kembali menata moral kita dengan penuh kemuliaan sebagaimana diajarkan Nabi saw.. Dimulai dari diri kita, keluarga kita dan lingkungan kita. Saya pernah sekilas membaca tulisan “Seratus Cara Untuk Membela Rasulullah” Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad Terbitan : Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah - Lembaga Internasional untuk Membela Rasulullah saw . Disana dijelaskan cara-cara dalam menanamkan akhlaq Nabi saw. terhadap diri kita, keluarga dan masyarakat kita. Ada sebagian yang saya cantumkan seperti :

1. Mendidik anak-anak kita agar mencontoh Rasululullah saw. pada seluruh keadaannya.
2. Memiliki buku-buku yang berhubungan dengan sejarah Nabi saw.
3. Mengoleksi kaset-kaset yang berhubungan dengan sejarah beliau.
4. Menyeleksi film-film kartun yang baik dan mendidik.
5. Mengkhususkan satu waktu atau lebih dalam setiap pekan untuk berkumpul bersama keluarga untuk mempelajari sejarah Nabi saw..
6. Hendaknya suami mencontoh Rasul saw. dalam bermuamalah dengan keluarganya.
7. Memberi semangat kepada anak untuk menghafal dzikir yang diajarkan Nabi dan mempraktekkannya.
8. Memberi semangat kepada anak untuk menyisihkan sebagian dari uang sakunya untuk mengamalkan sebagian hadits, seperti: menyantuni anak yatim, memberi makan, dan membantu orang yang sedang membutuhkan.
9. Membiasakan anak untuk mempraktekkan kalimat-kalimat hikmah yang datang dari hadits Nabi, seperti: "seorang Mukmin itu cerdik dan cerdas", seorang Mukmin tidak akan terperosok dua kali dalam lubang yang sama, "permudahlah dan janganlah mempersulit".
10. Mengenalkan keluarga Muslim dengan kehidupan Rasul saw., dengan mengadakan acara pengkajian terhadap Hadits Nabi saw.
Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat, mendapatkan syafaat Nabi saw. dan mendapatkan perlindungan dan keridhoan dari Allah SWT.
Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad wa ‘Ala Sayyidina Muhammad.
Rabbiy zidniy ‘Ilman War Zuqniy Fahman.
Wallahu A’lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengaca Kehidupan Semut bagi Kehidupan Manusia

Garis Besar Buku The Best Seller Biografi KH. Arief Hasan

Saiful Amin Ghofur Sang Penulis Buku